Kamis, 01 Juli 2010

Mencandu Rokok Picu Penyakit Jantung

Mencandu Rokok Picu Penyakit Jantung

KEBIASAAN merokok memang tak baik untuk kesehatan. Selain menimbulkan risiko penyakit jantung, seseorang yang mencandung rokok bisa mengidap kanker paru-paru, kanker rongga mulut, impotensi, dan jantung.

Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari second hand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau disebut perokok pasif.

“Dampak jangka pendek merokok, pertama asap bikin iritasi mata. Kemudian denyut jantung dan tekanan darah meningkat, lalu biasanya menyebabkan orang merokok jadi kurus, karena nafsu makannya menurun. Suhu ujung-ujung tangan akan lebih dingin, kalau makan taste-nya berkurang karena ditekan oleh asap rokok tadi. Dan yang paling jelas itu efek gigi, warnanya jadi kuning sampai hitam,” papar Dr Aulia Sani SpJP (K), pengajar Departemen Kardiologi & Kedokteran Vaskuler FKUI dalam acara peluncuran kampanye Break Free dengan tema “Semangat Bebaskan Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin” di The Cone, FX, Jakarta, Rabu (26/5/2010).

“Sedangkan dampak jangka panjang rokok adalah kemunculan berbagai penyakit. Paling banyak saya temui adalah penyakit jantung. Faktor utama penyakit jantung adalah merokok,” tambah Dr Aulia.

Selama ini yang tidak disadari seorang perokok adalah efek yang ditimbulkan akibat menghisap hanya satu batang rokok. Padahal, terdapat banyak keuntungan bagi tubuh ketika tidak menghisap satu batang rokok.

“Baru 20 menit berhenti merokok saja sudah baik. Tekanan darah, denyut jantung, aliran darah tepi membaik. Kalau sampai 12 jam, karbonmonoksida di dalam darah kembali normal. Sistem aliran darah membaik, dan fungsi jantung dapat meningkat,” jelas Dr Aulia.

Tapi tak dapat dipungkiri bahwa ketika sudah terjerat rokok, penggunaan dari nikotin tersebut begitu menyebabkan ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu, baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan mengembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.

“Mereka enggak tahu cara berhentinya, karena itu kecanduan nikotin. Efek menghirup nikotin menghasilkan dopamin. Padahal dopamin hanya sementara. Kalau sudah kurang, maka akan timbul keinginan merokok lagi. Bukan hanya kecanduan, tapi kebiasaan. Solusi medis untuk berhenti merokok, varenicline tartrate. Cara kerjanya bisa ambil alih posisi nikotin, namun tetap menimbulkan dopamin. Pengalaman saya efektif, begitu dapat obat ini biasanya cukup baik, cara memakainya mudah dan tidak ada efek samping,” rinci Dr Aulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar